Sambut Dubes Jerman, Amiruddin: Banda Aceh Kota Damai dan Terbuka

Avatar

BANDA ACEH – Pj Wali Kota Banda Aceh Amiruddin menerima kunjungan kerja Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel di pendopo, Kamis, 4 Juli 2024 sore.

Tamu istimewa itu datang bersama Konsul Kehormatan Jerman, Daniel. Sementara Amiruddin didampingi oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdako Banda Aceh Fadhil.

Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak membahas sejumlah sektor unggulan Banda Aceh dan peluang kerja sama dalam rangka mewujudkan kemandirian pemerintah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Kepada tamunya, Amiruddin menyampaikan bahwa Banda Aceh pernah porak-poranda akibat gempa bumi dan tsunami 2004. “Kota kami paling paling parah terkena dampaknya. Namun berkat dukungan dunia, Banda Aceh bisa bangkit dan lebih kuat.”

“Kini ekonomi masyarakatnya mulai berkembang, angka kemiskinan paling rendah di Aceh, sektor pendidikannya juga bagus, dan yang paling penting kotanya aman dan kondusif,” ujarnya.

“Meskipun warganya heterogen, tidak pernah terjadi konflik berbasis SARA. Banda Aceh kota yang damai dan terbuka,” ujarnya lagi.

Adapun sektor unggulan Banda Aceh, sebut Amiruddin, yakni perdagangan, jasa, dan pariwisata. “Kalau destinasi wisatanya komplit, mulai dari seni budaya, heritage, religi, edukasi tsunami, hingga kuliner dan kopinya.”

“Walau kopinya berasal dari dataran tinggi Gayo, tapi yang paling banyak warkop dan orang minum kopi ya di sini. Selain itu, Banda Aceh juga menjadi kota transit sebelum wisatawan ke Sabang maupun daerah lainnya di Aceh,” ujar Amiruddin.

“Semakin banyak turis yang datang, UMKM tumbuh dan akhirnya mendongkrak perekonomian masyarakat. Mohon Bu Ina untuk turut mempeomosikan kota kami kepada dunia.”

Di samping itu, ia menyebut masih banyak potensi pariwasata yang bisa dikembangkan di Banda Aceh, seperti kawasan Ulee Lheue dan Krueng Aceh yang membelah kota. Hanya saja, anggaran pemerintah kota sangat terbatas sehingga belum bisa diwujudkan dengan optimal.

“Untuk itu, kami sangat mengharapkan dukungan dari semua pihak, tak terkecuali pemerintah Jerman untuk membantu Banda Aceh. Termasuk membangun infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai mengingat jumlah produksinya mencapai 250 ton per hari,” ujarnya.

“Kami siap mengajukan proposal, membentuk tim untuk melihat potensi yang bisa menyerap banyak tenaga kerja sehingga bisa menekan angka pengangguran yang masih tercatat sekira delapan persen,” ujar Amiruddin seraya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Jerman yang telah banyak membantu Banda Aceh saat melewati masa-masa sulit pasca gempa bumi dan tsunami 2004 silam.

Tatkala membuka pembicaraan, Ina Lepes mengaku takjub dengan perkembangan Banda Aceh ini. “Kotanya bagus banget, tidak tampak bekas tsunami kecuali untuk monumen yang memang sengaja ditinggalkan.”

Ia pun terkesan dengan suasana kota yang nyaman dan asri, objek wisata, kuliner, kopi, serta warganya yang ramah. “Saya sudah makan di restoran dekat laut (Ulee Lheue), kopinya saya suka, pergi ke Museum Aceh, Museum Tsunami, semuanya bagus,” ujarnya.

Selanjutnya Ina berdiskusi dengan Amiruddin soal sektor unggulan dan peluang kerja sama yang dapat dilaksanakan di Banda Aceh.”Concern kami saat ini dalam bidang energi terbarukan, pengelolaan sampah, dan pendidikan tinggi.”

Sebelum beranjak meninggalkan pendopo, ia mengucapkan terima kasih atas atas informasi yang lengkap dan komprehensif mengenai Banda Aceh yang disampaikan Amiruddin. “Saya akan bawa masukan-masukan ini untuk dibahas dan dilobi di Jakarta,” katanya. (*)