Kasus HIV/AIDS di Aceh Meningkat Setiap Tahun

Avatar

Sepanjang 2024 telah ditemukan dan diobati sebanyak 348 kasus

BANDA ACEH – Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh menyebutkan kasus Tuberkulosis (TBC) 2024 mencapai 12.656 kasus. Penyakit ini menjadi perhatian karena menempatkan Indonesia diperingkat kedua global, setelah India dengan jumlah 1.060.000 kasus pada tahun yang sama.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Iman Murahman mengatakan pencegahan, penemuan, dan pengobatan penyakit TB di Aceh sudah dilakukan dengan berbagai upaya.

Seperti melakukan skrining penyakit, baik di puskesmas dan rumah sakit hingga pada populasi berisiko seperti Lembaga Pemasyarakatan (LP). 

“Kemudian melakukan investigasi kontak serumah dan kontak erat kasus TB dalam upaya penemuan kasus baru, serta memberikan pengobatan secara cepat dan tepat di masyarakat,” kata Iman melalui keterangan resmi yang diterima Mc Aceh, Minggu (12/1/2025).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, Iman Murahman.

Selanjutnya, untuk meningkatkan akses pada layanan diagnosis TB dengan melakukan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler pada seluruh terduga TB. Juga memastikan ketersediaan logistik obat di fasilitas pelayanan kesehatan.

Disisi lain, angka kesakitan malaria sebanyak 366 kasus dengan kasus terbesar penularan di Aceh Singkil. Kasus demam berdarah dengue (DBD) sebanyak 3.044 kasus yang tersebar di kabupaten/ kota se-Aceh sepanjang 2024, dan merupakan kasus DBD terbesar selama lima pada 2025.

Sementara untuk kasus penyakit menular yang juga memprihatinkan dan terus meningkat setiap tahun yakni HIV/ AIDS. Sepanjang 2024, HIV/AIDS telah ditemukan dan diobati sebanyak 348 kasus di Aceh.

Dinkes Aceh melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengobatan penyakit HIV/AIDS meliputi skrining penyakit baik di puskesmas dan rumah sakit, pada populasi beresiko yang ada di masyarakat.

Populasi beresiko terbesar, kata Iman adalah Lelaki Seks Lelaki (LSL) atau yang berhubungan seksual antar sesama lelaki.

Upaya selanjutnya yaitu bekerja sama dengan lintas program terkait dan lembaga swadaya masyarakat dalam hal pelaksanaan skrining penyakit HIV/ AIDS. Memastikan pengobatan segera pada pasien HIV/ AIDS yang sudah ternotifikasi dengan obat Antiretroviral (ARV).

“Melakukan skrining atau deteksi pada pasangan dalam upaya penemuan kasus baru dan memberikan pengobatan secara cepat dan tepat di masyarakat,” kata Iman.

Selanjutnya, meningkatkan akses layanan Pengobatan Dukungan Perawatan (PDP) dalam upaya meningkatkan penemuan dan pengobatan penyakit HIV/AIDS di kabupaten/kota, penguatan Keterlibatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta dalam upaya penemuan dan pengobatan kasus.

“Hingga memastikan ketersediaan logistik obat HIV/ AIDS di fasilitas pelayanan kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas sehingga pengobatan dapat berjalan sebagaimana yang sudah ditentukan,” kata Iman.

Ia berpesan untuk keluarga di Aceh, untuk terus menjaga anak laki-lakinya agar selalu diberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup agar terhindar dari virus HIV dan Penyakit AIDS. (InfoPublik)